Minggu, 20 November 2011

Resensi Film Alangkah Lucunya (Negeri Ini)

Judul film   : Alangkah Lucunya ( negeri ini )
Karya         : Musfar Yasin
Sutradara   : Deddy Mizwar 
Tokoh        : Reza Rahadian, Deddy Miswar, Slamet Rahardjo, Jaja Riharja, Tyo Pakusadewo, Asrul Dahlan, Sakurta Ginting
Tahun        : 2010
Genre        : Comedy


Film ini menceritakan kehidupan seorang sarjana muda yang sedang mencari pekerjaan. Setiap hari dia berlalu lalang di keramaian kota untuk mencari sebuah pekerjaan. Bukan pekerjaan yang dia dapatkan, dia malah bertemu dengan segerombolan pencopet anak. Sarjana muda tersebut bernama Muluk.

Sejak lulus S1 menejemen, hampir 2 tahun Muluk belum mendapatkan pekerjaan. Meskipun selalu gagal, tetapi Muluk tidak pernah berputus asa dalam mencari pekerjaan. Sampai akhirnya dia bertemu dengan sekumpulan pencopet pasar yang sedang menjalankan aksinya. Muluk memperhatikan dan mengikuti kemana para pencopet tersebut berkumpul. Muluk mengamati apa saja yang dilakukan para pencopet anak  tersebut ditempat perkumpulannya.

       Keesokan harinnya, Muluk kembali mendatangi tempat perkumpulan para copet. Pertemuan dengan pencopet bernama Komet tak disangka membuka peluang pekerjaan bagi Muluk. Komet membawa Muluk ke markasnya, lalu memperkenalkan kepada bosnya yang bernama Jarot. Muluk kaget karena di markas itu berkumpul anak-anak seusia Komet yang pekerjannya adalah mencopet. Akal Muluk berputar dan melihat peluang yang ia tawarkan kepada Jarot. Ia meyakinkan Jarot bahwa ia dapat mengelola keuangan mereka, dan meminta imbalan 10% dari hasil mencopet, termasuk biaya mendidik mereka.

Dari hasil uang yang disisihkan oleh para pencopet, Muluk mulai mencoba untuk mengelola dan mengatur kehidupan para pencopet. Langkah awal yang dilakuan Muluk adalah dengan membuka rekening tabungan untuk mempermudah mengelola uang hasil pencopetan yang menjadi bagiannya. Setelah beberapa bula, jumlah tabungan yang ada sudah mencapai 20 juta lebih, untuk mempermudah pekerjaannya, Muluk membeli sebuah motor baru. Milihat Muluk yang mengalami banyak kemajuan, ayah Muluk merasa senang dan bangga karena anak yang dia banggakan telah memperoleh pekerjaan.

Namun dibalik itu semua, Muluk merahasiakan kepada ayahnya bahwa pekerjaan yang sedang dia jalani adalah mengatur kehidupan pencopet. Meluk mengatakan kepada keluarganya bahwa dia bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak dibidang pengembangan sumber daya manusia. Setiap harinya, Muluk memulai pekerjaanya dengan mengkoordinasikan cara mencopet yang menghasilkan banyak uang dalam waktu yang relatif singkat. Dengan cara seperti itu, secara perlahan Muluk menyisipkan pendidikan yang sebelumnya belum pernah dienyam para pencopet anak.

Muluk mulai mengajak Pipit dan Syamsul untuk mengajari mereka tentang agama, budi pekerti dan kewarganegaraan. Syamsul yang notabene adalah sarjana pendidikan yang tek kunjung mendapat pekerjaan yang tetap. Hari-harinya dia habiskan untuk bermain kartu dengan masyarakat lain di sebuah pos penjagaan. Sedangkan Pipit adalah sarjana muda yang setiap hari menonton acara kuis di televisi. Melihat belum termanfaatkannya ilmu mereka, Muluk mengajak Syamsul dan Pipit untuk bekerjasama untuk mengajar para pencopet.

Pada awalnya, banyak anak yang menentang langkah Muluk untuk mengajari mereka tentang pendidikan. Semua berjalan dengan tidak mudah, anak-anak pada awalnya sulit diatur ketika diajar oleh Syamsul tentang budi pekerti dan kewarganegaraan. Sedangkan bu Pipit mendapat bagian untuk mengajarkan ilmu agama, mulai dari sholat, mengaji dan berperilaku baik kepada semua orang.

Saat bu Pipit baru memasuki markas pencopet, semua anak merasa tertarik dan senang untuk belajar. Melihat antusias dari semua anak, Muluk berusaha untuk membeli peralatan dan semua kebutuhan yang menunjang pendidikan bagi para anak tersebut. Dengan harapan kehidupan copet jalanan bisa berubah, Muluk semakin terobsesi untuk memajukan kehidupan anak-anak tersebut. Semua usaha dia lakukan supaya para pencopet itu bisa keluar dari dunia yang kelam dan beralih ke jalan yang benar dengan cara mengasong. 

Semua peralatan yang digunakan untuk mengasong sudah Muluk sediakan dan muluk mengadakan peresmian tentang perubahan dari pencopet menjadi pengasong. Pada waktu peresmian tersebut, ayah Muluk dan ayahandanya Pipit datang untuk melihat sekaligus ingin mengetahui dengan pasti pekerjaan yang dilakukan oleh anak mereka. Pada awalnya mereka merasa bangga, namun ketika tirai dibuka dan semua diresmikan, kebanggaan tersebut berubah menjadi kekecewan. Hal ini terlihat dari wajah dan reaksi para tamu yang hadir.

Seketika itu pula, Muluk merasa malu dan menyesal karena telah membohongi ayahnya. Setelah acara itu selesai, mereka pulang dengan penuh kekecewaan. Sesampainya dirumah, mereka dinasehati oleh orang tua mereka. Mendengar hal tersebut, Muluk dan Pipit memutuskan untuk tidak melanjutka pekerjaannya tersebut. Melihat kesedihan di wajah Muluk, para pencopet merasa menyesal karena tidak bisa berubah menjadi lebih baik. Ketika itu, muncul Komet yang bersedia berubah menjadi pengasong. Hari pertama mengasong, mereka sudah harus berlari-larian karena dikejar oleh satpol PP.

Dengan penuh keberanian, Muluk membela pengasong yang tertangkap. Muluk rela mengorbankan kebebasannya untuk menggantikan pengasong yang tertangkap. Semenjak saat itu semua anak yang semula berprofesi sebagai pencopet berubah menjadi pedagang asongan. Semenjak saat itu, kehidupan anak-anak tersebut semakin terjamin dengan adanya Pasal 34 ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi :
“ Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara”

0 komentar:

Posting Komentar